Rabu, 24 Juni 2015

MERASAKAN MENJADI PETANI TOMAT TYMOTI DI DEMPLOT CIRACAS

Oleh DM. Alam, STP Gambar 1. Panen Tomat Tymoti Panen tomat yang menembus angka hingga 263,55 kg sejak 3 September hingga 3 Desember 2014 ini, menjadi suatu anugerah bagi kantor kami, BBPLK. Apalagi tomat memiliki banyak manfaat yang terkandung di dalamnya, seperti vitamin A dan C yang tinggi dan senyawa likopen sebagai antioksidan. Selain sebagai pelengkap masakan untuk sayur dan sambal, saat ini budaya masyarakat untuk kembali ke budaya hidup sehat menjadikan tomat sebagai salah satu pelengkap untuk diolah dalam bentuk minuman berupa jus. Memilih untuk kembali membudidayakan tomat menjadi tantangan tersendiri karena di demplot BBPLK Ciracas sebelumnya pernah terkena serangan kutu kebul yang cukup banyak, layu bakteri, dan fusarium. Terlebih lagi di lahan untuk tomat ini pernah ditanami tanaman terung yang terserang kutu kebul sehingga mengakibatkan kerdil dan mengkerut di bagian daun, sehingga dikhawatirkan mendapat ancaman serangan kembali dari hama sejenis. Berdasarkan teori dan pengalaman para petani, penanaman tomat tidak dilakukan berdekatan dengan terung dan cabe karena tomat termasuk famili terung-terungan (Solanaceae) sehingga serangan hama kutu kebul dapat menyerang satu famili sekaligus seperti yang pernah dialami tanaman tomat sebelumnya. Hama ini sebenarnya perlu diwaspadai karena termasuk salah satu vektor masuknya virus ke tanaman, seperti virus kuning atau gemini. Selanjutnya dicarilah bibit unggul yang tahan hama penyakit dan strategi penangkal seperti menanami tagetes, bunga matahari atau jagung di sekitarnya untuk menangkal kutu kebul. Rencana awal akan dipilih benih dari jenis dan varietas KALUS, berdasarkan informasi dari majalah Trubus memiliki berbagai keunggulan, diantaranya tahan layu bakteri dan fusarium dengan produktivitas tinggi. Panduan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tomat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, mencantumkan bahwa KALUS (No. Kepmentan 3663/Kpts/SR.120/10/2009) berasal dari Thailand yang dikeluarkan oleh PT. Syngenta. Akan tetapi karena sulit diperoleh, akhirnya dipilih beberapa benih unggul lain yang tahan hama dan penyakit. Pemilihan benih TYMOTI berdasarkan keunggulannya dibandingkan yang lain, diantaranya tahan terhadap geminivirus, layu bakteri, dan fusarium. Gambar 2. Lahan tomat yang ditanami jagung di setiap sisi luar Luasan lahan 205 m2 khusus untuk budidaya tomat di demplot BBPLK Ciracas dengan 8 (delapan) bedengan seluas 192 m2, dapat ditanami 384 bibit tomat yang diharapkan masih terus produktif hingga akhir panen. Jarak tanam yang dipilih 30 x 60 cm. Sebelum benih tomat dipindahkan ke lahan, ditanami tanaman jagung pada setiap sisi depan dan belakang bedengan sebanyak 32 benih. Awalnya jagung akan ditanam berkeliling membentuk pagar untuk menangkal serangan kutu kebul, akan tetapi dikhawatirkan tanaman tomat kurang sinar matahari akibat pertumbuhan tanaman jagung yang lebih tinggi. Budidaya tomat diawali dengan pengolahan tanah terlebih dahulu yang sebelumnya ditanami kacang tanah. Penanaman kacang tanah dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah. Selanjutnya diujicobakan dengan menyirami mikroorganisme lokal (mol) yang dibuat sendiri dari bahan sayuran dan buah, bonggol pisang dan mol nasi yang difermentasikan dengan dibungkus daun bambu. Selanjutnya penanaman benih tomat ini sejak awal persiapan benih hingga penanaman diberikan beberapa perlakuan sebagai sarana ujicoba. a.Penyiapan Benih Benih yang akan ditanam diberikan tiga perlakuan yaitu : (1) langsung tanam, (2) direndam dengan air hangat (3) direndam dengan mol urine sapi. Hasil pengamatan awal, pada benih yang direndam mol urine sapi mengalami pertumbuhan lebih cepat, akan tetapi seiring waktu menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti. b.Penyemaian Benih Tomat Penyiapan media tanam dimulai Mei 2014 dengan memanfaatkan kotoran sapi dan kambing yang telah mengering dan bercampur tanah di sekitaran kandang yang diayak terlebih dahulu sebelum digunakan dan ditambah dengan sisa baglog jamur. Selain itu ditambahkan media tanam siap pakai yang dijual di pasaran sebagai campuran untuk melengkapi nutrisi benih semaian. Penyemaian benih tomat dilakukan pada minggu ke-I, dimulai 6 Juni 2014 pada beberapa campuran media tanam yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana media memberikan pengaruh pertumbuhan paling cepat. Berbagai perlakuan dan campuran media tanam adalah sebagai berikut : TABEL 1. UJICOBA PERLAKUAN PENYEMAIAN MEDIA TANAM PUPUK PERLAKUAN BENIH TANAM BENIH TUMBUH Sisa baglog jamur + media tanam kotoran kambing 1. direndam mol urine 100 94 2. direndam air hangat 50 44 3. langsung tanam 50 36 kotoran sapi 4. direndam mol urine 10 10 5. direndam air hangat 10 10 6. langsung tanam 10 9 kotoran sapi + guano 7. direndam mol urine 100 71 8. direndam air hangat 100 58 9. langsung tanam 100 50 Benih tomat di dalam semaian diamati perkembangannya dari waktu ke waktu dan rutin disiram dengan larutan mol urin. Hasil yang diperoleh tidak terlalu berbeda jauh, tetap ada benih yang tumbuh lebih tinggi ataupun terlambat tumbuh. Ternyata berdasarkan masukan dari narasumber hortikultura, Bapak Ahmad Fauzi, media tanam berupa tanah akan sulit dilakukan pengujian karena kita tidak dapat mengukur kandungan nutrisi di dalam tanah yang cenderung berbeda-beda. Akan lebih efektif perlakuan berbeda tersebut diujikan pada media sekam. Penyiraman rutin dengan air cucian beras dan mol urine dilakukan secara rutin. Gambar 3. Media semai di polybag dan bak semaian Penggunaan polybag untuk setiap satu benih tomat dinilai lebih baik agar semaian tumbuh optimal. Sedangkan pada bak semaian hanya dibatasi larikan antar benih yang akan tumbuh rapat sehingga memindahkannya perlu kehati-hatian. Akan tetapi, pada prakteknya keduanya sama baiknya asalkan pemindahan semaian ke lahan dilakukan saat bibit sudah cukup kuat untuk dipindahkan. c.Pemasangan dan Pelubangan Mulsa Pemasangan mulsa dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah karena teriknya matahari dan menahan pertumbuhan gulma. Sekitar dua minggu bedengan dibiarkan dalam keadaan tertutup mulsa dan dilakukan pengairan di antara bedengan untuk menjaga kelembaban dan mencegah nematoda. Pelubangan mulsa disesuaikan jarak tanam yang dipilih dengan lubang berukuran lebih kecil di bagian tengah mulsa yaitu diantara dua lubang tanam. Hal ini untuk meningkatkan jumlah air yang masuk atau penanaman benih tanaman lain untuk tumpang sari. Gambar 4. Pemasangan dan pelubangan mulsa d.Penanaman ke Lahan Penanaman bibit semaian ke lahan pertama kali pada 11 Juli 2014 pada empat bedengan pertama sebanyak 192 bibit, diutamakan yang sudah tumbuh optimal. Penanaman selanjutnya bertahap, selain karena pertumbuhan benih yang tidak seragam untuk dipindahkan ke lahan juga untuk mengatur pemanenan agar bergantian dan terus menerus. Selanjutnya setelah semaian berumur sekitar 2 (dua) minggu di lahan, dipasang ajir bambu sebagai penyangga tanaman tomat. Pemasangan ajir sebaiknya diatur tidak terlalu dekat dengan semaian, tidak dilakukan saat tanaman sudah terlalu tua karena dikhawatirkan melukai akar. Selanjutnya tanaman diikatkan dengan tali rafia melingkar membentuk angka 8 (delapan) dan tidak terlalu kuat agar batang tidak langsung menempel di ajir yang dapat melukai tanaman. Gambar 5. Pemindahan semaian dan pemasangan ajir e.Perawatan Kutu kebul walaupun ada tetapi jumlahnya sangat sedikit dibandingkan penanaman tomat sebelumnya. Pemilihan bibit unggul, penanaman jagung dan tidak berdekatan dengan satu family seperti terung dan cabe terbukti ampuh menjaga tomat jenis TYMOTHI. Hanya saja serangan hama lainnya tidak terhindarkan seperti lalat buah yang sangat banyak mengakibatkan buah berlubang seperti ditusuk jarum kemudian membusuk. Ulat daun dan semacam kepik kuning juga menyerang sebagian daun tomat. Gambar 6. Tanaman tomat yang terkena serangan hama ulat dan kepik kuning Perawatan tambahan dilakukan dengan pemasangan perangkap lalat buah menggunakan botol kemasan air mineral bekas yang diisi seperempat air, dilubangi pada setiap sisinya dan digantung di sekitar tanaman. Pestisida yang digunakan diantaranya cairan yang mengandung metal eugenol dan terdapat pula yang organik. Keduanya cukup optimal menangkap lalat buah jantan. Diharapkan dengan berkurangnya populasi lalat jantan maka telur yang dihasilkan lalat betina akan berkurang. Menjaga kestabilan kelembaban tanah pun dilakukan dengan tidak menyiram setiap pagi dan sore (dua kali sehari) dikurangi menjadi satu kali sehari, disesuaikan dengan kondisi tanah. Tanah yang terlalu lembab atau basah hingga terendam air memicu munculnya hama penyakit baru. Gambar 7. Serangan lalat buah dan pemasangan perangkap Ulat bulu dan ulat buah juga menyerang tanaman tomat maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida alami dari campuran pare, bawang putih dan cabe untuk mengusirnya. Campuran tersebut diblender kemudian dimasak dan didiamkan 24 jam, diencerkan dengan air sebelum disemprotkan ke tanaman. sabun. Perawatan lainnya dengan rutin membersihkan rumput liar dan tunas-tunas baru di bawah dan di atas batang berbentuk “V” agar tumbuh optimal. Jika ingin pertumbuhan buah optimal pun dapat dilakukan dengan pengurangan calon buah. Gambar 8. Busuk pantat buah akibat kekurangan calsium Busuk pantat buah pun dialami oleh tomat-tomat di lahan, hal ini disebabkan karena kekurangan calcium dan amoniak yang berlebih. Pemberian mol urine secara rutin sebagai pupuk cair sekaligus pestisida organik ternyata memberikan efek samping terhadap berlebihnya kandungan amoniak. Peningkatan calcium secara alami dapat menggunakan kotoran ayam sebagai pupuk atau pemberian dolomite dan calcium bubuk. Ke depannya penggunaan mol urine disesuaikan kebutuhan dan ditambahkan pupuk lain yang melengkapi kandungan nutrisi pada tomat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar