Rabu, 24 Juni 2015

MERASAKAN MENJADI PETANI TOMAT TYMOTI DI DEMPLOT CIRACAS

Oleh DM. Alam, STP Gambar 1. Panen Tomat Tymoti Panen tomat yang menembus angka hingga 263,55 kg sejak 3 September hingga 3 Desember 2014 ini, menjadi suatu anugerah bagi kantor kami, BBPLK. Apalagi tomat memiliki banyak manfaat yang terkandung di dalamnya, seperti vitamin A dan C yang tinggi dan senyawa likopen sebagai antioksidan. Selain sebagai pelengkap masakan untuk sayur dan sambal, saat ini budaya masyarakat untuk kembali ke budaya hidup sehat menjadikan tomat sebagai salah satu pelengkap untuk diolah dalam bentuk minuman berupa jus. Memilih untuk kembali membudidayakan tomat menjadi tantangan tersendiri karena di demplot BBPLK Ciracas sebelumnya pernah terkena serangan kutu kebul yang cukup banyak, layu bakteri, dan fusarium. Terlebih lagi di lahan untuk tomat ini pernah ditanami tanaman terung yang terserang kutu kebul sehingga mengakibatkan kerdil dan mengkerut di bagian daun, sehingga dikhawatirkan mendapat ancaman serangan kembali dari hama sejenis. Berdasarkan teori dan pengalaman para petani, penanaman tomat tidak dilakukan berdekatan dengan terung dan cabe karena tomat termasuk famili terung-terungan (Solanaceae) sehingga serangan hama kutu kebul dapat menyerang satu famili sekaligus seperti yang pernah dialami tanaman tomat sebelumnya. Hama ini sebenarnya perlu diwaspadai karena termasuk salah satu vektor masuknya virus ke tanaman, seperti virus kuning atau gemini. Selanjutnya dicarilah bibit unggul yang tahan hama penyakit dan strategi penangkal seperti menanami tagetes, bunga matahari atau jagung di sekitarnya untuk menangkal kutu kebul. Rencana awal akan dipilih benih dari jenis dan varietas KALUS, berdasarkan informasi dari majalah Trubus memiliki berbagai keunggulan, diantaranya tahan layu bakteri dan fusarium dengan produktivitas tinggi. Panduan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tomat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, mencantumkan bahwa KALUS (No. Kepmentan 3663/Kpts/SR.120/10/2009) berasal dari Thailand yang dikeluarkan oleh PT. Syngenta. Akan tetapi karena sulit diperoleh, akhirnya dipilih beberapa benih unggul lain yang tahan hama dan penyakit. Pemilihan benih TYMOTI berdasarkan keunggulannya dibandingkan yang lain, diantaranya tahan terhadap geminivirus, layu bakteri, dan fusarium. Gambar 2. Lahan tomat yang ditanami jagung di setiap sisi luar Luasan lahan 205 m2 khusus untuk budidaya tomat di demplot BBPLK Ciracas dengan 8 (delapan) bedengan seluas 192 m2, dapat ditanami 384 bibit tomat yang diharapkan masih terus produktif hingga akhir panen. Jarak tanam yang dipilih 30 x 60 cm. Sebelum benih tomat dipindahkan ke lahan, ditanami tanaman jagung pada setiap sisi depan dan belakang bedengan sebanyak 32 benih. Awalnya jagung akan ditanam berkeliling membentuk pagar untuk menangkal serangan kutu kebul, akan tetapi dikhawatirkan tanaman tomat kurang sinar matahari akibat pertumbuhan tanaman jagung yang lebih tinggi. Budidaya tomat diawali dengan pengolahan tanah terlebih dahulu yang sebelumnya ditanami kacang tanah. Penanaman kacang tanah dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah. Selanjutnya diujicobakan dengan menyirami mikroorganisme lokal (mol) yang dibuat sendiri dari bahan sayuran dan buah, bonggol pisang dan mol nasi yang difermentasikan dengan dibungkus daun bambu. Selanjutnya penanaman benih tomat ini sejak awal persiapan benih hingga penanaman diberikan beberapa perlakuan sebagai sarana ujicoba. a.Penyiapan Benih Benih yang akan ditanam diberikan tiga perlakuan yaitu : (1) langsung tanam, (2) direndam dengan air hangat (3) direndam dengan mol urine sapi. Hasil pengamatan awal, pada benih yang direndam mol urine sapi mengalami pertumbuhan lebih cepat, akan tetapi seiring waktu menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti. b.Penyemaian Benih Tomat Penyiapan media tanam dimulai Mei 2014 dengan memanfaatkan kotoran sapi dan kambing yang telah mengering dan bercampur tanah di sekitaran kandang yang diayak terlebih dahulu sebelum digunakan dan ditambah dengan sisa baglog jamur. Selain itu ditambahkan media tanam siap pakai yang dijual di pasaran sebagai campuran untuk melengkapi nutrisi benih semaian. Penyemaian benih tomat dilakukan pada minggu ke-I, dimulai 6 Juni 2014 pada beberapa campuran media tanam yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana media memberikan pengaruh pertumbuhan paling cepat. Berbagai perlakuan dan campuran media tanam adalah sebagai berikut : TABEL 1. UJICOBA PERLAKUAN PENYEMAIAN MEDIA TANAM PUPUK PERLAKUAN BENIH TANAM BENIH TUMBUH Sisa baglog jamur + media tanam kotoran kambing 1. direndam mol urine 100 94 2. direndam air hangat 50 44 3. langsung tanam 50 36 kotoran sapi 4. direndam mol urine 10 10 5. direndam air hangat 10 10 6. langsung tanam 10 9 kotoran sapi + guano 7. direndam mol urine 100 71 8. direndam air hangat 100 58 9. langsung tanam 100 50 Benih tomat di dalam semaian diamati perkembangannya dari waktu ke waktu dan rutin disiram dengan larutan mol urin. Hasil yang diperoleh tidak terlalu berbeda jauh, tetap ada benih yang tumbuh lebih tinggi ataupun terlambat tumbuh. Ternyata berdasarkan masukan dari narasumber hortikultura, Bapak Ahmad Fauzi, media tanam berupa tanah akan sulit dilakukan pengujian karena kita tidak dapat mengukur kandungan nutrisi di dalam tanah yang cenderung berbeda-beda. Akan lebih efektif perlakuan berbeda tersebut diujikan pada media sekam. Penyiraman rutin dengan air cucian beras dan mol urine dilakukan secara rutin. Gambar 3. Media semai di polybag dan bak semaian Penggunaan polybag untuk setiap satu benih tomat dinilai lebih baik agar semaian tumbuh optimal. Sedangkan pada bak semaian hanya dibatasi larikan antar benih yang akan tumbuh rapat sehingga memindahkannya perlu kehati-hatian. Akan tetapi, pada prakteknya keduanya sama baiknya asalkan pemindahan semaian ke lahan dilakukan saat bibit sudah cukup kuat untuk dipindahkan. c.Pemasangan dan Pelubangan Mulsa Pemasangan mulsa dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah karena teriknya matahari dan menahan pertumbuhan gulma. Sekitar dua minggu bedengan dibiarkan dalam keadaan tertutup mulsa dan dilakukan pengairan di antara bedengan untuk menjaga kelembaban dan mencegah nematoda. Pelubangan mulsa disesuaikan jarak tanam yang dipilih dengan lubang berukuran lebih kecil di bagian tengah mulsa yaitu diantara dua lubang tanam. Hal ini untuk meningkatkan jumlah air yang masuk atau penanaman benih tanaman lain untuk tumpang sari. Gambar 4. Pemasangan dan pelubangan mulsa d.Penanaman ke Lahan Penanaman bibit semaian ke lahan pertama kali pada 11 Juli 2014 pada empat bedengan pertama sebanyak 192 bibit, diutamakan yang sudah tumbuh optimal. Penanaman selanjutnya bertahap, selain karena pertumbuhan benih yang tidak seragam untuk dipindahkan ke lahan juga untuk mengatur pemanenan agar bergantian dan terus menerus. Selanjutnya setelah semaian berumur sekitar 2 (dua) minggu di lahan, dipasang ajir bambu sebagai penyangga tanaman tomat. Pemasangan ajir sebaiknya diatur tidak terlalu dekat dengan semaian, tidak dilakukan saat tanaman sudah terlalu tua karena dikhawatirkan melukai akar. Selanjutnya tanaman diikatkan dengan tali rafia melingkar membentuk angka 8 (delapan) dan tidak terlalu kuat agar batang tidak langsung menempel di ajir yang dapat melukai tanaman. Gambar 5. Pemindahan semaian dan pemasangan ajir e.Perawatan Kutu kebul walaupun ada tetapi jumlahnya sangat sedikit dibandingkan penanaman tomat sebelumnya. Pemilihan bibit unggul, penanaman jagung dan tidak berdekatan dengan satu family seperti terung dan cabe terbukti ampuh menjaga tomat jenis TYMOTHI. Hanya saja serangan hama lainnya tidak terhindarkan seperti lalat buah yang sangat banyak mengakibatkan buah berlubang seperti ditusuk jarum kemudian membusuk. Ulat daun dan semacam kepik kuning juga menyerang sebagian daun tomat. Gambar 6. Tanaman tomat yang terkena serangan hama ulat dan kepik kuning Perawatan tambahan dilakukan dengan pemasangan perangkap lalat buah menggunakan botol kemasan air mineral bekas yang diisi seperempat air, dilubangi pada setiap sisinya dan digantung di sekitar tanaman. Pestisida yang digunakan diantaranya cairan yang mengandung metal eugenol dan terdapat pula yang organik. Keduanya cukup optimal menangkap lalat buah jantan. Diharapkan dengan berkurangnya populasi lalat jantan maka telur yang dihasilkan lalat betina akan berkurang. Menjaga kestabilan kelembaban tanah pun dilakukan dengan tidak menyiram setiap pagi dan sore (dua kali sehari) dikurangi menjadi satu kali sehari, disesuaikan dengan kondisi tanah. Tanah yang terlalu lembab atau basah hingga terendam air memicu munculnya hama penyakit baru. Gambar 7. Serangan lalat buah dan pemasangan perangkap Ulat bulu dan ulat buah juga menyerang tanaman tomat maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida alami dari campuran pare, bawang putih dan cabe untuk mengusirnya. Campuran tersebut diblender kemudian dimasak dan didiamkan 24 jam, diencerkan dengan air sebelum disemprotkan ke tanaman. sabun. Perawatan lainnya dengan rutin membersihkan rumput liar dan tunas-tunas baru di bawah dan di atas batang berbentuk “V” agar tumbuh optimal. Jika ingin pertumbuhan buah optimal pun dapat dilakukan dengan pengurangan calon buah. Gambar 8. Busuk pantat buah akibat kekurangan calsium Busuk pantat buah pun dialami oleh tomat-tomat di lahan, hal ini disebabkan karena kekurangan calcium dan amoniak yang berlebih. Pemberian mol urine secara rutin sebagai pupuk cair sekaligus pestisida organik ternyata memberikan efek samping terhadap berlebihnya kandungan amoniak. Peningkatan calcium secara alami dapat menggunakan kotoran ayam sebagai pupuk atau pemberian dolomite dan calcium bubuk. Ke depannya penggunaan mol urine disesuaikan kebutuhan dan ditambahkan pupuk lain yang melengkapi kandungan nutrisi pada tomat.

Minggu, 17 November 2013

PENGENDALIAN BABI HUTAN SEBAGAI HAMA TANAMAN AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN EKOSISTEM DI UPT RENAH KANDIS, PAGARJATI, BENGKULU


Ditulis Oleh : DM.ALam, STP

            Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terkenal dengan banyaknya jumlah babi yang menyerang tanaman warga, bahkan di pemukiman penduduk pun menjadi sasaran serangan babi. Bengkulu memiliki kawasan hutan cukup luas maka tidak mengherankan banyaknya jumlah babi berkeliaran. Terutama saat ini, hutan-hutan yang ada umumnya bukan hutan primer tapi hutan belukar yang disukai babi hutan. Hutan belukar ini umumnya tidak produktif, bekas kebun penduduk atau lahan yang sudah tidak digarap lagi. Jenis babi yang menjadi hama di Bengkulu adalah babi hutan, dikenal dengan sebutan “celeng”.
 
   Gambar 1. Kondisi Perbukitan dan Hutan di Renah Kandis   
       Lokasi inilah yang saat ini menjadi lokasi transmigrasi karena semakin sulitnya pengadaan lokasi untuk pemukiman. Ketidakseimbangan ekosistem seperti rantai makanan yang mulai terputus, berkurangnya harimau dan ular sebagai pemangsa babi hutan mengakibatkan semakin banyaknya jumlah babi hutan. Serangan babi yang merusak tanaman menjadikannya tergolong hama begitupula bagi masyarakat transmigrasi.  Tanaman yang rusak sebelum waktu panen tiba menurunkan pendapatan masyarakat setempat.
            Pengendalian yang dilakukan saat ini umumnya dengan memburu dan mematikannya (membunuh) dengan benda tajam, cara ini membutuhkan banyak tenaga, waktu dan hasil buruan rendah. Pengendalian yang efektif dan efisien dengan jaring jerat diikuti gropyokan. Pengendalian hama babi ditujukan untuk mengurangi masalah hama yang merusak tanaman pertanian. Lokasi transmigrasi yang berpeluang terserang hama babi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas untuk mencegah dan mengendalikan bertambahnya hama babi. Hal inilah yang mendorong Balatrans Bengkulu memprogramkan pelatihan Pengendalian Hama Babi. Kegiatan ini didukung BBPLK (Balai Besar Pengembangan Latihan Ketransmigrasian) Jakarta dengan memonitor kegiatan pelatihan yang dilaksanakan 9 – 13 Oktober 2012 di UPT Renah Kandis, Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan pemekaran dari Bengkulu Utara, dengan ibukota Karang Tinggi, Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2008.
            Tujuan kegiatan monitoring ini diantaranya untuk mengetahui proses pelaksaanaan pelatihan, apakah sudah sesuai dengan modul yang disusun oleh BBPLK dengan penerapannya di lokasi, mengetahui sejauhmana manfaat dan efektivitas pelatihan dan kerjasama masyarakat. Monitoring ini pun untuk perbaikan modul ke depan agar sesuai dan mudah diterapkan di lokasi, sebagai acuan pelatihan sejenis di lokasi lain.Sasaran pelatihan pengendalian hama babi diantaranya agar diketahuinya kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan, terdeteksinya berbagai aspek permasalahan dalam proses pelaksanaan dan penerapan modul, teridentifikasi kebutuhan masyarakat, diketahui  kemampuan sumber daya alam, sumber daya manusia  dan sumber daya buatan yang mndukung jalannya pelatihan. Babi hutan di Indonesia terdapat berbagai jenis diantaranya :
                                              Tabel 1. Jenis Babi Hutan di Indonesia
No.
JENIS BABI
CIRI-CIRI
GAMBAR
1.
Babi Putih
(Sus Scrofa.L)
Bertubuh besar (100-200 kg), panjang mencapai 2 meter, tinggi sekitar 75 cm, leher panjang,bagian kepala ditumbuhi rambut/bulu lebat dan panjang, punggung/pantat lebih lebar dari dada

2.
Babi Abu-Abu
(Sus barbatus.M)
Bertubuh sedang (< 120 kg), panjang (< 150 cm), leher pendek, rambut/bulu agak kasar dan panjang tumbuh pada bagian atas leher sampai punggung, bagian punggung/pantat lebih lebar dari dada

3.
Babi Hitam
(Sus vemucocus .M)
Tubuh kecil, pendek, ramping, berat 60 kg,panjang tubuh (< 100 cm), rambut/bulu berwarna hitam, kasar, kaku dan pendek, tumbuh di atas leher sampai punggung, leher sangat pendek, bagian punggung/pantat lebih sempit daripada dada.


Habitat sebagai tempat hidup, tempat bermukim, tempat membuat sarang dan tempat beristirahat saat babi hutan tidak mencari makan, antara lain:
a.  Hutan primer atau belukar, umumnya masih lebat, terdapat berbagai jenis tumbuhanyang tinggi dan besar dan banyak semak belukar
b.  Hutan kecil, hutan yang tidak terlalu luas, terdapat berbagai jenis tumbuhan yang  tidak besar, belum terlalu tinggi, ditumbuhi semak belukar.
c.   Semak belukar, area yang ditumbuhi semak-semak, tidak terdapat pohon yang tinggi.
d.   Padang alang-alang yang dekat dengan sumber makanan 
Beberapa hal-hal penting dari kegiatan monitoring diantaranya:
1.    Informasi di Lapangan 
a. Rendah Kandis adalah daerah yang dikelilingi hutan dan bukit yang banyak ditumbuhi tanaman sawit, karet, kopi, dan durian.
b.Batas wilayah UPT Renah Kandis di sebelah utara berbatasan dengan Desa Talang Dono, sebelah selatan dengan Desa Karang Are, sebelah barat dengan Desa Renah Kandis dan di sebelah Timur dengan Tebing Linggau dan PT RAA (Riau Agri Andalas).
c. Kondisi lokasi yang dikelilingi hutan dan bukit memungkinan babi hutan berkembang biak dan menjadi hama bagi tanaman warga. Di lokasi ini sebagian sawitnya dikelola oleh PT RAA (Riau Agri Andalas).
d.  Renah Kandis merupakan lokasi yang subur dan memiliki sumber mata air yang jernih. Saat ini terdapat 4 (empat) bak penampung air yang mampu mengaliri setiap rumah warga.
    

Gambar 2. Bak Penampungan air dari mata air 
yang disalurkan melalui pipa ke rumah warga

e. Jalan masuk ke lokasi ini cukup sulit dilewati saat hujan karena licin, bergenang dan tidak rata sebagian jalan menanjak berbatu. Jalan desa tergolong cukup bagus, rata dan akan ada perbaikan dari Pemerintah setempat.

  

Gambar 3. Kondisi jalan masuk ke lokasi renah kandis
 (jalan sebagian bergenang, licin dan tidak rata)

f.   Aksebilitas ke lokasi ini, yaitu:  
                                       Tabel 2. Aksebilitas ke lokasi
Akses ke-
Jarak (Km)
Sarana Angkutan
Waktu
Tempuh
Kondisi Jalan
Prov. Bengkulu
50
roda 2 dan 
roda 4
+ 1 jam
Jalan aspal
Kab.Bengkulu Tengah
40
roda 2 dan 
roda 4
+ 2 jam
Jalan aspal
Renah Kandis – Kec.Pagar Jati
15
roda 2 dan 
roda 4
+ 2,5 jam
Jalan tanah
g. Lokasi transmigrasi  di daerah ini, terdiri dari 4 (empat) blok yaitu A, B, C dan D. Blok A yang terdekat dari desa Rendah Kandis hanya berjarak + 1-2 km. Kondisi ini secara sosial ekonomi mempermudah warga transmigran UPT Renah Kandis.
h. Kegiatan pelatihan dihadiri oleh Kepala Balatrans Bengkulu dan Kades Renah Kandis.
  
Gambar 4. Kegiatan Pelatihan Pengendalian Hama Babi
dihadiri oleh Kabalatrans dan Kades Renah Kandis

i.   Tempat pelatihan sangat darurat, hanya dibuat dari terpal oleh warga sehingga bocor saat hujan turun. Kegiatan pelatihan terutama pemberian teori menjadi terganggu karena kondisi tersebut.

  
Gambar 5. Kondisi kelas sangat darurat
(dibuat seperti tenda dari kayu dan terpal dan bocor ketika hujan )

2.    Permasalahan di lokasi
a.    Hama babi yang merusak tanaman warga
    Warga transmigrasi di Renah Kandis mengeluhkan keberadaan babi hutan. Tanaman warga banyak yang terserang babi hutan terutama sawit dan singkong menjelang malam hingga dini hari. Penanganan dari Pemerintah setempat terhadap hama babi hutan belum ada sehingga warga masyarakat hanya mengandalkan cara tradisional.
b.    Cara tradisional secara individu
     Warga trans dari Pulau Jawa belum terbiasa menangani keberadaan babi hutan yang setiap waktu mengintai. Terlebih daerah-daerah di  Bengkulu terkenal dengan populasi babi hutan yang masih besar. Mereka dapat belajar dari warga sekitar, terutama dari desa Renah Kandis dengan cara tradisional yang umumnya digunakan diantaranya:
1)  Memasang baju bekas atau orang-orangan sawah di pohon, ranting, dan tengah area pertanian dengan dikaitkan tali penarik, ditambah dengan kaleng-kaleng bekas berisi batu yang digantungkan sehingga berbunyi saat ditarik, jika babi hutan mendengar bunyi gaduh maka akan pergi.
2)  Bambu dibelah dua, bagian dalamnya menjadi bagian luar, ditancapkan ke tanah berbentuk lengkungan setengah lingkaran, penancapan dibuat berselang seling antara satu bambu dengan lainnya. Jika babi hutan menabrak pagar ini diharapkan akan terpelanting.
3)  Menggunakan rambut manusia yang dibakar, dikumpulkan dari tukang pangkas, kemudian dijepit di bambu yang dibilah ujungnya, ditancapkan bambu-bambu tersebut berkeliling memagari area pertanian. Babi umumnya tidak bau menyengat seperti rambut dibakar, wewangian berbau menusuk dsb.
4)  Menyebarkan kotoran kambing dan air seni manusia di dekat pagar tanaman, diharapkan babi akan menyingkir karena bau kotoran tersebut.
5)  Mengecat batang sawit dengan kapur barus, diharapkan babi akan menyingkir karena bau kapur barus yang kuat.
      Cara tradisional tersebut cukup efektif akan tetapi umumnya masih dilakukan secara individu sehingga masih terbatas pengendalian di area tertentu, belum menyeluruh di area yang lebih luas. Umumnya dipasang di tempat-tempat yang selalu dilewati babi hutan karena babi selalu melewati jalan yang sama.
3.      Pelaksanaan Pelatihan
a.  Teori Pelatihan Pengendalian Hama Babi dan Materi Modul
1)  Pelatihan ini berjudul ”Pengendalian Hama Babi” karena lebih mengedepankan praktek pemburuan babi. Kegiatan praktek dibantu oleh 2 (dua) orang pemburu terlatih sebagai narasumber. Secara teori sebagian masyarakat di Bengkulu dianggap sudah mengerti dan terbiasa berhadapan dengan babi hutan. Teori diberikan oleh PSM Balatrans sekilas tentang pengenalan jenis babi, tanaman yang tidak disukai dan disukai oleh babi dan cara pemasangan perangkap (lapon).

           Gambar 6. Pemburu terlatih dan pengajar (PSM) Balatrans Bengkulu 
sebagai narasumber memberikan materi strategi penangkapan dan pemasangan lapon/jerat hama babi
  
2)  Materi pelatihan ditambah cara pembuatan pagar dari kawat.
  
          Gambar 7. Praktek Pembuatan Pagar Kawat

3)  Pelatihan ini belum sepenuhnya menggunakan modul dari BBPLK, tim pengajar menggunakan buku ajar tambahan. Buku ajar tersebut terbitan PT Safari Indah Lestari bekerjasama dengan Universitas Bengkulu terbitan tahun 1994 dan karangan PSM Bengkulu (Bpk. Zupianuddin, SPd). Pelatihan ini menjadi rintisan, untuk contoh atau acuan pelatihan sejenis di tempat lain.
b.   Pelaksanaan Praktek
1)   Praktek penangkapan babi dilakukan di siang hari secara berkelompok dengan 30 peserta menjadi satu tim, menggunakan strategi penggiring dan penyerang, dibantu oleh para pemburu sebagai pembuka jalan dan anjing pelacak.

Gambar 8. Anjing pelacak membantu membuka jalan

2)  Penggunaan metode buser menggunakan lapon (jerat) menjadi pilihan karena menghemat tenaga, biaya dan waktu. Pemasangan lapon di tempat-tempat yang berpotensi dilewati babi. Lapon yang digunakan berdiameter pangkal antara 40-60 cm dan bagian ujungnya sekitar 20 cm. Lapon dikaitkan kuat-kuat pada kedua sisinya di tonggak, batang atau bagian dahan kayu yang tegak.  
   
               
Gambar 9. Lapon (jerat)

3) Metode buser ini bertujuan menangkap babi dalam keadaan hidup. Metode pengendalian yang umum diterapkan biasanya berburu dengan tombak, panah, senapan, lubang jebakan dan umpan beracun dianggap menguras tenaga, biaya dan waktu dan beresiko mendapat serangan balik dari babi ditambah hasinya pun    rendah.
4)   Tahapan metode buser menggunakan lapon adalah:
ü    Pelacakan keberadaan babi, dibantu oleh pemburu dan 6 (enam) orang peserta yang berpengalaman.Pelacakan dengan melihat bekas telapak kaki pada sarang, semak, alang-alang dan daun-daun yang rebah.Aliran air bekas mandi babi, dan tanah bekas babi berguling. Jejak kaki betina nampak runcing nyata sedangkan jejak kaki jantan tampak belah. Tampak pada gambar berikut:
Gambar 10. Jejak kaki babi hutan

ü   Penggropyokan dengan dilengkapi pengaturan strategi, setelah lapon dipasang, perburuan dimulai pada sisi berhadapan dengan lapon, anjing pemburu dilepas di area saat pemburuan dimulai.
ü  Perburuan dilakukan mengarah pada posisi lapon dengan diiringi kode siul, didukung dengan suara para pemburu dan anjing pemburu untuk menggaduhkan suara ketika babi hutan mulai mengarah ke lapon.
ü  Kondisi gaduh ini mampu mengacaukan konsentrasi babi hutan agar tidak memperhatikan lapon dan mudah masuk ke dalam lapon.
ü  Akan tetapi jika menempatkan pemburu di sekitar lapon, ia tidak boleh berteriak karena akan membuat babi takut dan menjauh. Posisinya hanya berfungsi untuk memukul kepala babi setelah masuk lapon, tepat di hidung agar tidak bersuara.
5)    Selama pelatihan hanya memperoleh 2 (dua) ekor babi betina, selebihnya lolos dari perangkap karena masyarakat kurang bekerjasama, kurang kompak dan cenderung belum berani menghadapi babi. Padahal jika menjadi hama, babi yang dapat tertangkap di daerah lain di Bengkulu mencapai minimal  6 -7 ekor per hari. Area hutan yang terlalu luas pun menjadi kendala sehingga menyulitkan penangkapan.
   
Gambar 11. Kegiatan Praktek Pemburuan Babi Hutan

6) Kendala lain karena minimnya pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan berburu.Sistem pemburuan masih dilakukan serentak bersamaan 30 peserta menjadi (satu) tim. Akan lebih efektif jika dibuat 5-6 kelompok yang dikompetisikan untuk menangkap babi sehingga mereka lebih aktif dan kompak.
7)  Penerapan metode imbas dengan mewajibkan 1 (satu) peserta mengajak 3 (tiga) orang warga bertujuan untuk melibatkan seluruh masyarakat. Akan tetapi praktek di lapangan menjadi kurang efektif dan terorganisir dengan baik karena tidak semua aktif bergerak bersama.


Gambar 12. Penerapan Metode Imbas
c.  Penanganan Limbah Babi
1) Babi yang sudah masuk perangkap, diikatkan empat kakinya pada sebilah bambu atau kayu panjang, agar babi diam dan tidak bersuara biasanya dipukul di bagian kepalanya.
2)Babi yang tertangkap, dibiarkan tetap hidup, dibawa keluar hutan untuk diperlihatkan ke warga. Babi yang masih dalam keadaan kaki terikat, dibiarkan terbaring di tanah dan terkena paparan sinar matahari agar babi menjadi lemas.
3)Babi yang dibiarkan lama terbaring dengan kondisi luka-luka di tubuh akan mengeluarkan bau busuk, terlebih jika sudah mati maka selanjutkan segera dikubur.
4)Para pemburu terlatih umumnya bekerjasama dengan kebun binatang untuk mensuplai daging babi hutan sebagai makanan hewan di Kebun Binatang Safari. Pemesan lain dikirim ke Medan dan Korea setelah dipotong, dikemas dan dibekukan.
5) Apabila jumlah babi hutan yang tertangkap berjumlah banyak, warga dapat bekerjasama dengan kelompok pemburu menjadi penyuplai daging babi hutan tangkapan.(DMA)



Jumat, 08 Februari 2013

Mentari's write about :




BPA dalam Kemasan Plastik, Berbahayakah?
BPA Free, tulisan ini pertama kali saya baca ketika berada di baby shop, saat mencari kado untuk teman yang baru saja melahirkan. Diantara kita pastilah sering menemukan tulisan ini terutama di botol susu dan peralatan makan bayi. Sebenarnya apa ya maksudnya? Penjual botol bayi pun menjelaskan pertanyaan saya..." kalau yang bebas BPA warna botolnya nggak bening mbak, perhatikan saja." Penjelasan singkat ini, mendorong rasa penasaran untuk tahu lebih banyak tentang BPA.

Industri makanan dan minuman yang memproduksi wadah atau tempat menyimpan makanan seperti botol air mineral pun sangat mungkin mengandung BPA. Bahkan terdapat satu test yang membuktikan 95 % orang pernah memakai produk ber-BPA. Daripada tambah penasaran, mari kita search lebih detail tentang BPA.
BPA adalah singkatan dari BISPHENOL A ,
Bisphenol A adalah racun yang mengganggu perkembangan tubuh, syaraf dan alat reproduksi, banyak ditemukan pada produk plastik, terutama pada botol minum bayi yang terbuat dari plastik (http://warung-bayiku.blogspot.com/)

BPA sendiri adalah bahan kimia yang telah lebih dari 40 tahun digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat (PC), turunan BPA digunakan sebagai bahan tambahan dalam plastik PVC (polivinil klorida) dan resin epoksi, yang digunakan sebagai bahan kemasan pangan, botol air minum, botol bayi dan tableware. Resin epoksi sendiri digunakan sebagai pelapis atau pelindung bagian dalam kaleng makanan dan minuman, termasuk makanan formula bayi kalengan berbentuk cair. Tidak hanya pada kemasan pangan, PVC dan resin epoksi juga digunakan pada peralatan elektronik seperti komputer, ponsel, peralatan medis, dll. (Sumber: Dwi Retno Widiastuti, ST, 2011, volume 19, tahun X, Majalah Keamanan Pangan, BPOM RI)

Mengetahui ini, jadi mengerikan ya sepertinya membahayakan tapi kenapa ada di kemasan produk pangan bayi ya? Bagaimana dapat membahayakan? Berarti sejak kecil sangat mungkin kita sudah terpapar BPA ya? Makin digali sekarang banyak bukti bahwa anak - anak yang sejak di dalam kandungan sampai pada masa awal - awal pertumbuhan tak terhindar dari Bisphenol A, walaupun dengan dosis rendah, bahaya kesehatan yang serius dapat mengancam. Paparan BPA melalui terlepasnya BPA dari plastik polikarbonat dan kaleng yang dilapisi resin epoksi. Sebab dalam kesehariannya botol bayi sering kontak dengan air panas dalam proses sterilisasi. Bayi lebih rentan terpapar karena tubuh mereka sedang berkembang belum sempurna.

Lalu adakah manfaat BPA, kenapa masih digunakan? sebenarnya BPA berfungsi sebagai pelapis bagian dalam kaleng untuk mencegah korosi kaleng dan kontaminan terhadap logam terlarut, menjaga kualitas dan keamanan makanan kaleng. Di sisi lain, plastik polikarbonat digunakan untuk makanan dan minuman dipilih karena plastik jenis ini tidak mudah pecah, ringan, jernih dan tahan panas.
Hunting info lagi, ternyata :
Saat ini penggunaan Polycarbonate sebagai bahan pembuat botol dan peralatan  makan atau minum bayi masih terus digunakan, karena masih dinyatakan aman oleh berbagai lembaga internasional, seperti:

1. US Food and Drug Administration

2. The European Commission Scientific Committee on Food

3. The United Kingdom Food Standards Agency

4. The Japanese Ministry for Health

5. Labor and Welfare

dan lembaga kesehatan internasional lainnya, termasuk Departemen Kesehatan RI.

Bahan Polycarbonate yang mengandung BPA hanya akan berbahaya apabila:

1. Dipanaskan pada suhu ekstrim (di atas 120 derajat Celcius)

2. Kadar BPA yang terkandung melebihi 0.03 mikrogram/ml (30 ppb), seperti yang ditetapkan oleh standar internasional EN14350 dan oleh pihak Departemen Kesehatan RI.


Cara mengenali kemasan pangan dari plastik polikarbonat yang terbuat dari BPA dengan memperhatikan warna jernih, kaku dan dapat diwarnai. Terdapat tanda angka 7 pada bagian tengah simbol daur ulang (berarti : lainnya (other)) dan mencakup semua jenis plastik yang tidak terwakili oleh kode 1 sampai 6. Konsumen dapat yakin jika kemasan mengandung polikarbonat jika di sampingnya angka 7 terdapat tulisan PC. Jika tidak ada kode maka dapat ditanyakan pada produsen atau melakukan uji identifikasi jenis plastik di laboratorium.

Apakah berarti adanya BPA masih aman digunakan? Rasanya harus banyak referensi untuk menggali lebih dalam ya tentang BPA, dari sumber yang lain memperjelas tentang BPA, yang memiliki nama kimia:

                       (2,2-bis(4-ydroxyphenyl) propane)



(BPA) Bisphenol A, adalah:
  1. sebuah hormon kimia yang berpotensi dapat merusak kesehatan manusia dan lingkungan.
  2. kegunaannya saat ini adalah sebagai bahan utama untuk membuat polycarbonate plastic dan epoxy resins hampir disemua produk konsumen, termasuk kacamata hitam, digital media (CDs, DVDs), air dan tempat makan and botol minum bayi. Itu adalah salah satu dari 50 produk top yang diproduksi oleh industri kimia, yang menghasilkan $6 million per hari di U.S., Europe and Japan *.
  3. mengaktifkan penerima estrogen dalam tubuh manusia yang dapat memberikan efek yang sama seperti estrogen yang dihasilkan oleh tubuh manusia.
  4. berbagai kelompok lingkungan dan studi telah membuktikan bahwa kontak dengan bisphenol A dari tempat yg terbuat dari polycarbonate dapat menimbulkan resiko pada kesehatan manusia.
  5. telah terbukti menghasilkan racun, efek carcinogenic, dan kemungkinan gangguan pada syaraf.
  6. studi terbaru juga menyiratkan bahwa BPA juga berhubungan dengan obesitas karena dapat menyebabkan aktifitas fat-cell. Bahkan dalam dosis yang rendah, beberapa hormon yang merusak kesehatan pada binatang dan manusia dapat menimbulkan sel – sel kanker.
Semakin kita gali ternyata semakin membuat meringis ya, lalu bagaimana mengenali kemasan yang mengandung BPA dan bebas dari BPA (BPA free)? Kita bisa perhatikan logo seperti ini:



Studi terkait dengan potensi efek BPA yang makin marak, mendorong beberapa negara mengambil tindakan perlindungan terutama untuk bayi. Tahun 2010 di Kanada menjadi negara pertama di dunia yang menyatakan bahwa BPA adalah zat toksik yang menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan. Disusul kemudian, Uni Eropa yang melarang per Maret 2011, import dan penjualan botol bayi mengandung BPA dilarang per Juni 2011. Pelaranganan pun disusul negara lain seperti Denmark, Perancis, dan Amerika Serikat. Sementara negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang  mendorong utnuk menghentikan produksi  botol susu dan menghilangkan peredarannya di pasaran serta mengembangkan alternatif penggantinya. 

Bahkan di Malaysia sudah diberlakukan pelarangan terhadap penjualan botol susu bayi polikarbonat yang mengandung BPA per 1 Maret 2012. Walaupun demikian gencarnya pelarangan penggunaaan BPA pada produk bayi, penggunaan BPA dalam kemasan pangan belum ada negara yang melarang. Uni Eropa menurut Directive 2011/8/EU merevisi batas migrasi spesifik untuk BPA dalam kemasan pangan selain pada botol bayi 0,6 mg/kg lebih rendah dari sebelumnya.

Setelah mengupas tentang BPA, dapat disimpulkan ciri-ciri botol susu mengandung BPA diantaranya:
 1. Kenali botol susu dari kodenya, jika mengandung BPA biasanya bersifat   keras dan lutsinar dan memiliki kode seperti gambar di bawah ini:

Kebiasannya ada label PC dan 7
  1. Di kemasan atau label tertulis ‘BPA Free’, walaupun ada berbagai alternatif botol susu yang dibuat dari polypropylene (PP), polyethersulfone (PES), polyamides (PA), kaca dan lain-lain. Akan lebih baik menggunakan botol susu dari kaca.


Antara produk "BPA free" - banyak lagi rasanya produk-produk lain
  1. Cara pengendalian botol yang mengandung BPA,
·Sterilkan botol susu bayi polikarbonat mengikut aturan yang dicantumkan dari produsen. Jika    tidak  ada, kita perlu merendam botol susu bayi polikarbonat dalam air yang mendidih selama 5 hingga 10 menit.
·Tidak menggunakan air panas secara terus menerus pada botol susu bayi polikarbonat sebelum digunakan., cuci dengan air hangat.
·Hindari menggunakan oven microwave
· Gunakan peralatan pencuci menggunakan spon tau kain lembut, tidak menggunakan mesin cuci piring dan bahan berserat yang mengakibatkan botol tergores..
· Ganti botol susu jika sudah tergores atau rusak paling tidak setelah digunakan maksimal 6 bulan.
Adalagi sumber yang ditulis oleh Pramayana AP Sinaga, bisa di klik di http://www.analisadaily.com/news/read/2012/05/14/50551/bisphenol_abpa_berbahayakah/#.URSQPWck7IU,
BPA merupakan salah satu senyawa kimia yang diproduksi dalam skala besar diseluruh dunia dan memiliki pasar di berbagai produk. Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang diproduksi dalam jumlah besar untuk digunakan terutama dalam produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi.

Plastik Polycarbonat yang diproduksi dengan menggunakan BPA memiliki beberapa KEUNGGULAN, di antaranya MEMILIKI TINGKAT KECERAHAN PLASTIK YANG BAIK, LEBIH KUAT, DAN TAHAN TERHADAP BENTURAN, SERTA MUDAH DIBENTUK PADA SUHU RUANG.

Sedangkan epoksi resin sering digunakan sebagai bahan pelapis logam seperti kaleng makanan dan minuman. Beberapa, tetapi tidak semua, plastik yang ditandai dengan daur ulang kode 3 atau 7 mungkin dibuat dengan BPA. Tipe 7 seperti polycarbonate (kadang-kadang diidentifikasikan dengan "PC" huruf dekat simbol daur ulang) dan resin epoxy, yang dibuat dari monomer bisphenol A. Tipe 3 (PVC) juga dapat berisi bisphenol A sebagai antioksidan dalam plastik.

Beberapa Contoh Benda sehari-hari yang Mengandung BPA:

Sekitar 40 persen kertas itu dilapisi bahan kimia pengganggu hormon bisphenol-A (BPA) yang telah dikaitkan dengan masalah kesuburan dan penyakit jantung. Kalau tangan bersentuhan dengannya dan anda pakai untuk memegang makanan, BPA pasti masuk dalam tubuh.

Ikatan BPA yang tidak stabil akan menyebabkan sejumlah kecil zat kimia ini terlepas ke dalam makanan atau susu formula yang menjadi isi suatu kemasan yang mengandung BPA. BPA dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan.

Riset di Mount Sunai School of Medicine di New York mengungkap bahwa beberapa jenis tambalan untuk gigi berlubang memiliki kandungan BPA. Senyawa itu bisa lepas saat bereaksi dengan air liur. Beberapa toko pizza membungkus dagangannya dengan karton yang dibuat dari bahan kertas thermal. Kaleng kemasan ternyata memiliki lapisan plastik yang mengandung BPA.

Sebuah penelitian terbaru di Denmark mengungkap bahwa tisu toilet banyak dibuat dari kertas daur ulang. Dalam pengolahannya, kadang-kadang produsen menggunakan jenis kertas yang mengandung BPA. Sama seperti minuman bersoda, makanan kaleng juga dikemas dengan lapisan plastik yang mengandung BPA.

Namun di sisi lain, anggur khususnya yang difermentasikan dalam tong dengan lapisan plastik tertentu bisa terkontaminasi BPA yang ironisnya justru memicu kanker. Dampak yang ditimbulkan BPA terhadap kesehatan yakni, penyakit jantung, diabetes dan kelainan hati pada orang dewasa serta otak, masalah pembangunan hormon pada janin dan anak-anak muda.

1. JALUR ORAL

(mulut dan saluran pencernaan)
Pemanasan botol, kondisi makanan yang panas dalam botol, atau keberadaan makanan/minuman asam, serta pencucian yang berulang pada botol polikarbonate dapat meningkatkan lepasnya monomer BPA dari botol.

2. LEWAT KULIT ATAU JALUR DERMAL

BPA digunakan untuk melapisi kertas termal, yang bereaksi dengan pewarna untuk membentuk cetak hitam pada struk . Ketika di tangan, slip kertas termal itu dengan mudah dapat mencemari jari-jari, yang kemudian ke mulut atau kulit

1. Jantung
Senyawa BPA memainkan peranan dalam beberapa jenis penyakit jantung. BPA yang masuk melalui mulut dan kulit masuk ke dalam tubuh dan menyerang jantung. Zat itu bekerja secara langsung pada otot jantung atau secara tak langsung melalui susunan saraf atau pembuluh darah .

2. Hormon Esterogen
BPA yang rendah sekalipun sekiranya masuk ke dalam tubuh kita boleh mengakibatkan mengganggu hormon estrogen. Estrogen adalah hormon yang mengawal perkembangan otak, boleh menyebabkan gangguan kepada sistem hormon dan sekaligus mendatangkan kesan lain pada tubuh badan. Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita.

3. Hormon Endokrin
Endokrin adalah sistem di dalam tubuh yang terdiri dari beberapa organ atau kelenjar-kelenjar yang memiliki fungsi menghasilkan serta melepaskan hormon-hormon tertentu ke aliran darah. Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjaar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain.

4. Hati
BPA yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke hati. Hati merupakan organ terbesar didalam tubuh manusia, dan menerima semua hasil absorpsi usus lewat pembuluh darah balik (vena) dari usus yang akhirnya terkumpul dalam satu vena besar disebut vena porta. Karena tugas detoksikasi terutama dilakukan oleh hati, maka apabila terjadi metabolic yang lebih toksik atau lebih reaktif maka hepar ini pula yang pertama-tama menderita efeknya toksiknya.

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/05/14/50551/bisphenol_abpa_berbahayakah/#.URSQPWck7IU

Bisphenol-A dan Resikonya Untuk Bayi Anda
Tak hanya pada botol susu, BPA juga digunakan sebagai campuran plastik untuk membuat gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa BPA dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas. Peneliti dari University of Cincinnati menemukan, eksposur terhadap air mendidih menyebabkan botol plastik polikarbonat melepaskan BPA hingga 55 kali lebih cepat dari air dingin atau air bertemperatur normal.

Menurut Sun C.L dari Departement of Chemistry, Faculty of Science, National University of Singapore, BPA termasuk dalam kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai endokrin pengganggu yang menghalangi aktivitas hormon natural dalam tubuh, terutama estrogen. Padahal, hormon dibutuhkan pada hampir setiap proses biologis seperti fungsi imunitas, reproduksi, dosis yang kecil sekali pun dari endokrin pengganggu dapat membahayakan,” tulis Sun dalam karya ilmiahnya, Migration of Bisphenol A in Baby Milk Bottles.

Sun memaparkan, penemuan terbaru menunjukkan bahwa ada korelasi antara BPA dengan penurunan produksi sperma, penambahan berat prostat, dan kanker testis pada laki-laki. Sementara pada perempuan, BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

Sun menerangkan, anak-anak, terutama bayi yang masih dalam kandungan dan bayi yang baru lahir, memiliki risiko yang paling besar terhadap bahan kimia tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak.
Tips Meminimalisir Dampak BPA
  1. Hindari penggunaan botol polikarbonat yang mengandung BPA. Sebagai gantinya gunakan botol bebas BPA, atau botol yang terbuat dari gelas/kaca.
  2. Ketika membeli botol plastik, pilihlah botol yang menggunakan polypropylene/polyethylene, yang tidak keras dan tidak mengkilat.
  3. Carilah tanda "BPA-free" pada kaleng atau botol susu yang Anda beli.
  4. Hindari pemberian teether berbahan plastik/vinyl pada bayi.
  5. Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik karena dapat memicu pelepasan BPA. Sebagai gantinya, gunakanlah wadah gelas/kaca atau keramik.
  6. Cucilah botol dan wadah plastik dengan spons agar tidak merusak lapisan plastiknya.
  7. Belajar membaca kandungan dalam plastik. Singkirkan produk plastik yang mengandung bahan-bahan seperti DBP dan DEP, DEHP, DMP. Gunakan polyethylene (#5), dan hindari polikarbonat (#7).
  8. Jangan gunakan lagi botol plastik yang sudah tergores/rusak atau kusam.
Semoga saja informasi tentang BPA ini dapat memberi tambahan informasi.....
Saran dan kritik sangat diperlukan lho....
(email saja ke d.mentari@yahoo.co.id)